Laman

Selasa, 10 April 2012

Resensi Buku

Judul Buku   : Seni di dalam Peradaban Islam
Penulis         : M. Abdul Jabbar Beg, M. A., Ph. D. (Cambridge)
Penerbit        : Pustaka
Kota Terbit    : Bandung
Tahun Terbit : 1981
Tebal Buku   : x + 153


    Buku ini adalah buku edisi kedua sebagai perbaikan terhadap edisi pertama (edisi yang diperbaki) buku Fine Arts in Islamic Civilization. Dalam edisi buku ini, telah menghilangkan dua artikel dari edisi pertama dan menggantinya dengan artikel lain yang tak kurang bobot ilmiahnya.
    Seni Islam adalah bidang pengkajian perdaban Islam yang penting. Semakin banyak kita mengenal kesenian Islam, semakin baik pula pengenalan kita terhadap peradaban orang-orang Islam. Seni menjadi pertanda kemajuan peradaban. Seni adalah hasil dari keselarasan jiwa dan alam. Keindahan seni akan menyebarkan perdamaian.

1.    Kedudukan Seni dalam Kebudayaan Islam
Kesenian dalam peradaban Islam bukanlah hasil dari sebuah ras atau negeri saja, akan tetapi merupakan perkembangan dari berbagai ras manusia yang melakukan ajaran Islam di banyak negara pada berbagai masa dalam sejarah. Inilah sebabnya, beberapa sarjana menemukan adanya ‘kesatuan asali’ yang umum dalam seni Islam. Sehingga tidaklah benar untuk menyebutkan hasil seni orang-orang Islam berdasar istilah-istilah etnis atau kebangsaannya seperti ‘seni Arab’, ‘seni Persia’, ‘seni Turki’, ‘seni Melayu’, dan sebagainya. Sebutan seperti itu tidak kuat dasarnya, bahkan salah alamat, karena kandungan Islam dalam seni ini sepenuhnya diabaikan oleh istilah itu. Barangkali lebih baik apabila menyebutkan kesenian nasional orang-orang Islam itu dengan istilah-istilah yang lebih jelas seperti ‘seni Islam Arab’, ‘seni Islam Turki’, ‘seni Islam Persia’, ‘seni Islam Melayu’, dan sebagainya. Istilah ini lebih menampakkan unsur-unsur universal dalam seni orang-orang Islam. Memang tidak dapat diingkari, bahwa seni dan arsitektur Islam di berbagai negara Muslim memiliki gaya yang bersifat ‘lokal’ atau ‘regional’, meskipun begitu, ia juga menampakkan ciri-ciri umum yang Islamis. Ciri persamaan dalam seni dan arsitektur orang-orang Islam adalah pandangan hidup Islam. Setiap ‘negara’ Islam, memiliki ‘kebudayaan’ nasionalnya, dan demikian pula semua negara Islam memiliki ‘peradaban Islam’ yang umum.

2.    Keindahan Menurut Al-Ghazali
Menurut al-Ghazali, keindahan tidak dapat dipisahkan dari gagasannya tentang Ketuhanan, dan khususnya mengenai cinta kepada Tuhan. Al-Ghazali mengakui adanya bentuk-bentuk apresiasi yang lain terhadap keindahan, yaitu visi luar dari mata.
Visi luar ini berdasarkan pada prinsip-prinsip estetis, seperti misalnya nampak melalui kriteria yang ia sebut terhadap keindahan suatu tulisan. Karena itu, kita tidak dapat mengabaikan, bahwa di samping penekanannya yang kuat terhadap keindahan dalam dan visi dalam, pengkajian al-Ghazali juga menunjukkan dua pendekatan terhadap seni, yaitu pendekatan yang beranjak dari mata dalam dan mata luar, yang satu bersifat religius, dan yang lain bersifat sekular.

3.    Musik Religius Islam
Islam tidak mempunyai musik masjid yang dapat disamakan dengan musik kebaktian Gereja Kristen. Tidak ada juga jabatan pendeta maupun koor (nyanyian bersama) dalam masjid, dalam pengertian Barat. Untuk hal-hal tersebut, Islam merupakan agama yang sangat pribadi (personal). Sekalipun demikian, musik pujian kepada Allah selalu dapat ditemui sebagai sebuah ekspresi yang bersungguh-sungguh baik di dalam maupun di luar masjid, yaitu “membaca” al-Qur’an, dalam nyanyian pujian adzan atau panggilan sholat, dalam musik sufi dan kelompok paguyuban darwis, dan nyanyian-nyanyian religi rakyat yang sederhana.

4.    Muslim dan Tashwir
Gambar-gambar maupun patung tidak memiliki kaitan apa-apa dengan masalah halal dan haram, sebagaimana telah diperselisihkan oleh para fuqaha. Sesungguhnya pembuatan gambar-gambar maupun patung merupakan salah satu bidang keahlian yang mampu meninggikan jiwa, suatu bidang seni yang mengembangkan kecerdasan, dan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan pada masa kini. Tak seorang pun akan berkata, bahwa Islam bertentangan dengan hal yang meninggikan jiwa dan mengembangkan kecerdasan, ataupun hasrat manusia untuk menuju ke arah perkembangan kebudayaan dan peradaban.

5.    Kehalalan Seni Lukis di Masa Awal Islam
Larangan terhadap lukisan tidak terdapat di masa awal Islam, tetapi larangan itu muncul sedikit demi sedikit sesudah itu, sebagian sebagai akibat sifat temperamen Semit yang tidak menyukai seni penggambaran, sebagian lagi karena pengaruh bangsa Yahudi yang memeluk agama Islam, dan sebagian lagi karena takut terhadap magic. Dengan demikian, pengaruh Muslim terhadap Undang-undang Milan dapat dihilangkan.

6.    Seni Rupa Muslim
Secara alamiah, seni di pelbagai negeri Islam mempunyai perbedaan-perbedaan yang menyolok, tergantung pada karakter geografi dan iklimnya serta kecenderungan dan tradisi-tradisinya.
Kecenderungan yang ditunjukkan seni rupa Islam adalah kecintaannya akan abstraksi. Prestasi seni rupa Muslim yang sukses luar biasa, terbesar dan paling akrab dengan jiwa kaum Muslim adalah kaligrafi (seni menulis indah). Kaum Muslim memilih kaligrafi sebagai media utama pernyataan rasa keindahannya karena tak ada bentuk seni lainnya yang mengandung abstraksi yang demikian lengkap dan mutlak. Asas kaligrafi adalah keindahan bentuk, tetapi bentuk itu tidak merupakan tiruan suatu objek. Kecintaan akan abstraksi ini juga berperan dalam menghadirkan karakter garis yang mengalir terus tanpa putus. Misalnya, angka Arab dengan angka Hindu, maka akan tampak bahwa meskipun angka Arab lebih sederhana dan penampilannyatidak penuh gaya, tetapi semua itu sama sekali tidaklah mengurangi keindahannya.

7.    Islam dan Arsitektur

Arsitektur Islam mencerminkan Islam. Hal ini tepat dan sudah seharusnya. Namun, arsitektur modern dalam dunia Islam telah dirasuki oleh gagasan-gagasan asing. Secara jujur, musuh telah menduduki singgasana tahta setiap kota Muslim. Secara praktis, suaranya didengar oleh kaum Muslim pada setiap mereka membangun gedung, termasuk di Islamabad. Nasib arsitektur kita tak lain malapetaka semata. Musuh akan menjadi bagian dari diri kita sepanjang arsitek kita semuanya diajari sistem arsitektur Barat, bahkan pada universitas-universitas di negeri kita sendiri. Arsitek kita, Arsitek Islam, telah menjadi arsitek Barat yang kebetulan saja seorang Muslim. Ia bahkan tidak menyatakan hendak memulai peperangan. Hal ini merupakan kekalahan keseluruhan paham kita. Dapatkah kita berharap bahwa arsitektur Islam akan bangkit kembali?

8.    Corak Islam dalam Arsitektur Spanyol dan Amerika Latin
Ragam hias pada arsitektur yang di hasilkan para pengrajin Muslim, secara kukuh didasarkan pada kepercayaan, bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang Maha Tinggi di alam semesta ini, Rabbb al-‘alamin. Tuhan tak perlu digambarkan, sebagaimana agama penuja berhala mempergunakan citra-citra (images) serta patung-patung dewa, melainkan akan terwujud secara murni melalui rasa cinta dan bakti kepada Allah. Bentuk-bentuk geometri serta tetumbuhan (floral) tidak melibatkan batin serta emosi kita dalam sensasi-sensasi asing, tetapi membawa kita ke dalam perasaan takwa. Para pengrajin Muslim itu mengekspresikan kesempurnaan bentuk melalui ragam hias geometrik dan abstrak yang dapat disusun berulang-ulang, tanpa kesudahan, pada berbagai macam permukaan. Dalam usahanya itu, mereka menghasilkan suatu langgam yang berbeda dengan jenis-jenis dekorasi lain, yang berakar pada agama pemuja berhala maupun yang bersumber kepada agama Kristen.


Kelebihan:
Buku ini sudah memberikan penerangan kepada pembaca akan keingintahuan berbagai macam seni di dalam peradaban Islam. Buku ini tidak terlalu tebal. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi wajib pada mata kuliah Pengembangan Budaya dan Seni dalam PAI.
Kekurangan:
Dalam penggunaan bahasa di buku ini masih sulit untuk dipahami. Mungkin karena buku ini merupakan cetakan lama, jadi bahasanya sulit dimengerti.